Mata sungguh mempesona
Ingin ku miliki hatimu….
Alunan lagu berdering cepat menembus kancah perfilman. Dering lagu ringtone dan flashback masa lalu menjadi lagu pengantar tidur Amoris Saratib dan Putra Reinhard, deru motor tidak terbendung. Jingga menjadi kunci perjumpaan tak disengaja dan kelangkaan yang sangat konvensi, kini sebuah perbincangan hangat mengalir yang entah sudah berapa lama hilang dan tak terucap.
karangan lagu dan bunga kesepian menjadi tolak ukur peta persemakmuran akan hati yang patah, meninggalkan luka dan tawa bahagia. Kini sudah berapa lama lagi dia menolak. Tapi hati berkata pasrah. Dan mata menolak jerih payah ketiga. Kini para dewa dewi menolak bangga atas apa yang dilihat syair dan pujangga. Kini sebuah kapak menangis hebat bagai peluh tak berpeluru.
nadir dan jerih payah kemungkinan menjadi langit dan bumi yang tak terikat satu sama lain. Penyair pujangga kembali menatap basah kemungkinan bangga atas air dan darah. Kini pelupuk senja menjadi tulang kering yang tak ternilai dan berhenti sama dengan alur perpindahan jiwa dan raga. Dan pada hari itu jingga hanya merespon Amoris Saratib dan Putra Reindhard. Kini pandangan pagi dan jingga membaur kelam dibalik awan yang hitam dan tercerai oleh pelangi malam.
Kini pengalaman mata jingga dan senja menjadi asas dasar peri kemanusiaan muncul. Tangis dan darah pecah bersamaan.
Kini pertama perjumpaan tak sengaja antara kelamnya malam dan merahnya senja dating mengayomi peri dan masuk dalam keheningan malam Sajak senja telah kembali menjadi jingga dan pagi.
Kini peri dan bunga menjadi ladang tak terjaga antara kelam dan malam senja
PURNAMA
Jingga dan senja menjadi layar baru dalam kencah perindustrian film dan lagu.Amoris Saratib bergeming mejadi kunci tolak ukur antara pergumulan Putra Reinhard dan pujangga baru.
menjadi sumber kebahagiaan kedua setelah purnama tiba…...
Ku temukan kan wahai diufuk senja dan pagi, wahai hati yang patah kembali lah pada yang ada. Thanks so much purnama jingga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar